Sabtu, 04 Juli 2009

BLUE

Angin dihamparan biru daun teh dan udara dalam nafas bunga- bunga tidur. Hembusannya dikulit, membelai rambut- rambut hitam. Tak kasat mata memenuhi ruang- ruang mimpi bisu. Ironiskah??selalu memeluk, berada disekitar, menatapmu seperti dirimu menatap udara dingin dan hampa dalam suasana kalut biru.

Benar, semua ini biru. Seperti layang- layang ditangan anak itu, seperti kapal ditengah badai, seperti gema diujung labirin, seperti pesan dalam botol, seperti bola dikaki para pemain, seperti sarung tinju, seperti ayam aduan, seperti debu diantara angin.

Jika menurutmu hidup adalah permainan aku sedang dipermainkan, jika hidup adalah pertarungan aku dalam keadaan underdog habiss!!. Seperti biasa aku suka tertawa meski sedang dalam kondisi genting dengan nyawa terancam sekali pun. Bukan tawa meremehkan namun menertawakan diri sendiri, mungkin. Dan hari ini adalah hari yang tak akan terlupakan seumur hidup, hari dimana kurasa konyolnya diriku terpontang- panting oleh kekonyolan dari sesuatu yang konyol. Bukan apa tapi hanya sedikit cerita dan pesan bagi musang di lereng gunung.

"Hahaha, biru mempermainkanku...SIAL!!" teriakku dengan emosi ingin menggamparnya. Dengan sedikit geram aku paksakan diri untuk menyatroninya hingga akhirnya seperti maling juga. Dan benarlah, seperti koruptor kelas teri.. "Aku sedang sedih goblok!!"weekekek. Hanya karena kecewa dengan buruknya penilaianku akan sebuah pribadi, terlalu positif hingga aku lupa dengan skeptisnya diriku jika dalam kondisi buruk rupa. Seperti karya- karyaku perspektifku sering meleset, tapi mungkin tidak salah garis besarnya adalah innocent, karena tak sedikitpun rasa tega terlintas dipikiran setelah kutatap mata. Geraknya yang kurindukan dan bau tubuh itu yang aku suka. "Tapi apa itu?sepetinya itu??" tak pernah yakin, masih penasaran tanpa nafsu untuk mencari detil jarum dalam tumpukan tai.

Jangkrik bernyanyi ditepi sungai dalam panasnya neraka. Sebuah luka dari gergaji para penebang hutan coba kusembuhkan, tukang kayu membantu menyembuhkan. Sayang sekali, ditempat yang sama biru melukai. Tanpa ekspresi dan tinggi rendah nada, kata bagiku adalah ambigu. Mungkin terlalu sensitif, tapi aku haruslah peka. Jika merasa bersalah tak perlu meminta maaf tapi lakukanlah sesuatu. "Rasakan rasa dibalik tawa yang merupakan topeng diri". "So??", saat ini aku dalam kondisi ingin menghapus warna primer dalam karya- karya tak bermutu.

Biru yang akan kutuangkan dalam karya monochrom ini, semoga hasilnya tidak mengecewakan. Hingga aliran darah tetap merah, hingga kurasakan wangi nafas mimpi- mimpi. Karena harum bunga sedap malam merasuk melalui hidung yang tersumbat serta bisikan- bisikan malaikat merayap dikuping yang berdengung diudara pagi yang tak pernah bisa aku tatap. Mungkin akan berakhir fiktif tapi masihlah berharap berasal dari realitas yang mencengangkan. "Ha-ha-ha" Aku belumlah apa atau siapa, realitas hidup dalam pikiranku terlalu nisbi, kekacauan dalam otak belum bisa diredam oleh apa atau siapa, keributan dalam jiwa dan perasaan semakin ramai dan akulah anak itu, akulah badai, akulah labirin, akulah sang pembawa pesan, akulah pemain, akulah petinju, akulah penjudi, akulah angin. Dan benar sekali, semua ini biru.

Panggil aku anjing!
wekekek..
AnginRibut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar