Kamis, 12 Mei 2011

We are what we play

Menemukan dikeramaian bukan dipengasingan, lalu kembali menganalisa dan kembali mendapatkan petunjuk..Kali ini menggunakan mikroskop bukan lagi lup..memulai sesuatu yang baru bersama konsep baru, melihat dari sudut pandang yang bertambah luas kemudian menyelami situasi dan kondisi didalamnya.

Hal-hal yang tak pantas diperjuangkan,suara berisik tdk lg aku cerna. Jika aku ingin melepas tubuh dari kotak,batas-batasnya pun harus dikuasai..Melerai gejolak dalam benak, mendamaikanya menjadi sebuah karya. Oh tidak..aku terbelenggu dalam rutinitas baru.

Aku belum membeli karton kuas dan kertas, hingga nikmatnya menggambar tak segera ku santap. Karton untuk mainan umbiku dan kertas untuk doa-doa serta merta nona roti isi yang bergejolak.

Untuk apa aku hidup?jawabanya adalah untuk bermain dikotak aku singgah dan membesarkan kotak-kotak mainanku. Sampai kotak itu tumbuh semakin luas dan banyak pemain didalamnya. Ketika itu tercapai adalah batas waktu agar mengharuskan keluar dari belenggu kotak kemudian merangkai kotak mainan baru.

Ya, aku terlalu egois untuk tidak memainkan permainan yg aku ingin. Aku hanya menyanyikan lagu yang aku suka,hingga mungkin tidak cukup menghibur.

Semacam bimbang,aku berkaca pada kaca riben mobil mewah. Kemudian aku berkaca di kubangan air yang berhasil membasahi tatkala mobil-mobil itu melindas dengan angkuh. Lalu aku berkaca pada diriku sendiri dan kulihat aku adalah aku dan apa yang aku mainkan. Tidak serta merta dimana aku bermain.

''We are what we play''

Tidak ada komentar:

Posting Komentar